Skip to main content

Kenapa Harus Social Enterprise?



Ada beberapa masalah yang saat ini dihadapi Indonesia yang masalah tersebut hampir merata dirasakan di setiap daerah di Indonesia. Masalah-masalah tersebut sperti, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kesadaran akan sampah yang masih rendah bahkan Indonesia adalah Negara ke dua penyumbang sampah plastic terbesar di dunia, tingkat pendidikan yang masih rendah, isu stunting menurut data dari UID ada sekitar 36 % bayi yang lahir berpotensi mengalami stunting, ketimpangan sosial, dan technology distruption serta beberapa masalah lain.
Ketimpangan sosial misalnya saat ini ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia, menurut data dari Oxfarm 4 orang terkaya di Indonesia menguasai kurang lebih 100 juta kekayaan masyarakat miskin Indoneisa.

Masalah-masalah diatas bisa diselsaikan dengan beberapa cara tentunya, sperti melalui kebijakan pemerintah, anak-anak muda mau mendirikan NGO dengan fokus tertentu,  dan atau mendirikan social enterprise yang menurut saya merupakan solusi terbaik.

Beberapa jenis Social Enterprise diantaranya yang pertama Community-based Social Enterprise (CBSE). Adalah sebuah bisnis sosial yang lahir karena keresahan yang sama beberapa orang atas kondisi atau isu sosial di daerah tertentu . Contoh SE jenis ini adalah Perkumpulan TELAPAK. Bermula sebagai komunitas pecinta alam, TELAPAK berkembang menjadi SE yang menangani isu pembalakan liar dengan mendirikan unit-unit bisnis, mulai dari percetakan hingga stasiun TV lokal di Kendari yang hasilnya digunakan untuk kampanye dan pengelolaan hutan.

Model bisnis yang kedua adalah “Not-for-Profit Social Enterprise” (NFPSE) yang fokus utamanya adalah pemberdayaan masyarakat. Dibandingkan SE berbasis komunitas, tipe ini cenderung memiliki lingkup yang lebih luas sehingga diperlukan manajemen yang lebih profesional dan sumber dana yang lebih beragam. Contohnya adalah Dompet Dhuafa yang menyalurkan bantuan ke masyarakat penerima zakat tak hanya dari lembaga donor atau individu, tapi juga dari hasil penjualan barang atau jasa yang ditawarkan 6 unit bisnis PT Dompet Dhuafa Corpora. Dalam praktiknya, Dompet Dhuafa mempekerjakan relawan dan karyawan selayaknya perusahaan profesional dengan laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Keuntungan yang didapat dari unit bisnisnya pun tetap disalurkan untuk pelaksanaan kegiatan sosial.

Tipe yang ketiga adalah “Hybrid Social Enterprise” (HSE) yang menekankan pada kesinambungan usaha. Bila sumber dana NFPSE untuk pengembangan usaha masih berbasis dana sosial, sumber dana di HSE adalah gabungan dari dana sosial, semikomersial, maupun komersial. Contoh SE tipe ini adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang penerima manfaatnya adalah remaja dan ibu-ibu prasejahtera. Untuk menjalankannya, selain dana dari donatur, YCAB memiliki beberapa unit bisnis dengan pendapatan komersial. Dana non-komersial seperti donasi dan hibah 100% disalurkan untuk program-program sosial, sedangkan keuntungan dari unit bisnis dipakai untuk menjaga kesinambungan hidup sekaligus mengurangi ketergantungan YCAB pada penyandang dana sosial sebagai organisasi independen.

SUDUT LOMBOK Social Entreprise yang saya lagi kembangkan saat ini adalah salah satu contoh praktik Hybrid Social Entreprise, yang mana kami masih mebutuhkan dana dari donator untuk beberpa program sosial yang kami jalankan sperti gerakan 1000 Buku untuk Lombok, Gerakan Safari Yatim, Gerakan Bantuan Bencana, dan beberapa program lain. Selain itu untuk menunjang kebutuhan organisasi kami juga membuka beberapa unit bisnis lain baik yang terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat ataupun tidak sperti Responsible Tourism.

Terakhir adalah “Profit-for-Benefit Social Enterprise” (PFBSE) yang orientasinya adalah menjalankan dan mengembangkan Usaha Sosial secara independen tanpa ketergantungan pada donasi. Sumber dananya berupa keuntungan usaha walau tak lupa mengemban misi sosial. Contoh tipe ini adalah PT Kampung Kearifan Indonesia (KKI) yang mengusung merek dagang Javara yang bergerak di bidang pangan organik. Bekerjasama dengan petani lokal sebagai penerima manfaat dan target sosial, produk Javara dijual di berbagai supermarket dan hotel menengah ke atas di Indonesia hingga Jepang, Belgia, dan Amerika Serikat. Berbeda dari tiga tipe sebelumnya, model bisnis ini umumnya tidak mempekerjakan relawan dan benar-benar dijalankan dengan struktur bisnis profesional.

Pada dasarnya Social Entreprise itu lahir karena kepedulian akan masalah sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat, yang kemudian diatasi dengan konsep bisnis yang bisa menghasilkan profit bagi plaku bisnis dan masyarakat yang terlibat didalamnya. Penentuan tipe SE di awal diperlukan sebagai upaya untuk menghindari risiko salah langkah yang bisa memakan waktu, uang, dan tenaga.
Yang jadi pertanyaan bagi orang yang berniat ingin mendirikan Social Entreprise adalah sumber dana  atau modal untuk menjalankan sebuah SE. Sumber modal pada bisnis sosial pada umumnya bisa berasal dari  Investasi, iuran anggota, donator, crowdfunding, CSR, hibah atau melalui hadiah lomba.
Social Entrepris yang bisa dikembangkan anak-anak muda didaerah tentunya harus sesuai dengan potensi daerah masing-masing, beberapa contoh social entreprise sederhana yang bisa dikembangkan adalah:

  1.  Social Enterpris di sektor kuliner misalnya olahan makanan ringan sperti kripik dari berbagai bahan sperti ikan, singkong, pisang,  buah-buahan, jika dikelola dengan baik dengan branding yang baik, pemasaran yang baik, dan kualiti control yang baik maka akan menghasilakn secara ekonomi dan mampu memberdayakan masyarakat secara sosial. Beberapa konsep bisnis sosial yang sudah berkembang disektor ini sperti kripik dan olahan ikan laut SI-PETEK, bisnis olahan oleh-oleh kripik salak 21 POINT dan beberapa bisnis serupa lainnya. Bisnis ini sangat cocok untuk anak-anak didaerah sekitar pesisir atau daearah penghasil bahan baku kripik lainnya.
  2. Social Enterprise disektor jasa pendidikan dengan mendirikan bisnis bimbel atau lembaga paltihan dengan konsep subsidi silang. Bisnis ini bisa mengahasilkan secara profit tapi juga mampu memberi akses pendidikan lebih bagi masyarakat kurang mampu.
  3. Social Enterprise di sektor pertanian dengan konsep hidroponik untuk anak-anak muda diperkotaan ataupun pedesaan, mengingat kebutuhan akan sayuran sehat tanpa pestisida yang semakin tinggi.
  4. Social Enterprise disektor pariwisata terutama dengan konsep Responsible atau Sustainable Tourism sebuah konsep bisnis jasa pariwisata yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat, keselarasan lingkungan alam, dan perputaran ekonomi untuk masyarakat disekitar objek wisata.
  5. Social Entreprise melalui crowed funding yang mana lembaga atau yayasan bisa menyishkan 5-10 % hasil crowed funding untuk roda organisasi termasuk honor karyawan. Dan tentunya beberpa bisnis lain.




Comments

Popular posts from this blog

Arti Sebuah Ijasah

14 Maret 2016 ijazah ditanda ta n gani oleh R ektor Univers i tas Bakrie yang berarti bahwa saya telah resmi menyandang gelar S.M,. 29 September 2016 saya baru mengambil ijazah di Universitas Bakrie. Lalu kenapa baru di ambil? Prinsip yang saya coba tanamkan dalam diri saya adalah Pendidikan, gelar, kekayaan, garis keturunan keluarga, gaya hidup atau sejenisnya bukanlah hal yang pantas yang bisa dijadikan oleh seseorang untuk menyatakan diri lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan orang lain. Saya masih yakin bahwa di dunia kita hanya perlu menjalankan peran yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai Abdi(u)llah dan Khalifah*. Perkara kedudukan dalam sebuah tatanan masyarakat atau organisasi, seperti pemimpin, ketua, koordinator atau yang lainnya kita hanya perlu menjalankan semuanya dengan tetap berpegang pada prinsip dasar peran kita di dunia. Tanpa harus menjatuhkan, menyalahkan, atau merendahkan kedudukan lainnya karena pada dasarnya kedudukan kita sama. Jad...

Aku, Mimpi-mimpiku dan Dunia Harapanku

sumber foto: https://jadihafal.wordpress.com Dunia Harapanku kembali terlihat ditengah perjalananku menapaki ruangan kosong yang seolah tak berujung. Dia begitu dekat persis dihadapanku, mungkin cukup hanya satu hingga dua langkah pasti saja dia dapat ku raih. Namun ketika langkah pertama telah menapaki lantai kasarnya, aku kembali tersadar bahwa Dunia Harapanku berada diseberang kaca tebal yang diapit oleh tembok yang begitu kuat. Tembok yang tersusun kokoh dengan aneka bahan penyusunyang saling menguatkan. Mulai dari tumpukan Mimpi-mimpiku, susunan harapan dari orang-orang sekitarku, hingga dosa-dosaku yang seolah menjadi penguat bagi susunan tembok tersebut. Ruang ini mungkin terlalu luas untuk saya arungi, bukan labirin yang berderet yang memiliki pintu-pintu tak pasti. Tapi ruang kosong yang begitu luas sehingga batasnyapun tak terlihat. Aku berada tepat disamping tembok salah satu sisinya, yang memanjang begitu panjang dikiri dan kananku yang ujungnyapun tak terlihat...

Indonesia si Macan Asia yang Tak Berdaya

Indonesia adalah Macan Asia stidaknya julukan ini sempat terlontar saat jaman Orde Baru lalu, ungkapan seolah yang menunjukan berapa penting dan besarnya Indonesia masa itu dengan pembangunannya, kebebesan mungkin sedikit terkekang kala itu, tapi setidaknya dunia mengakui Indonesia sebagai Macan. Sekarang apa kabar? Dunia menyebut Indonesia sebagai Negara yang mempunyai potensi untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dunia, sejajar dengan Cina dan India, tapi hanya berpotensi, sekali lagi hanya berpotensi.  Sebuah potensi yang entah kapan akan menjadi nyata. Indonesia itu Macan Asia, julukan yang pantas jika kita tengok dari segi kekayaan Alam, Hampir disetiap Penjuru Indonesia mempunyai sumber daya yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan mulai dari Sumber Daya Alam yang bisa diperbaharui hingga sumber daya alam yang tak bisa diperbaharui, mulai dari sumber daya pertanian hingga sumber daya di sektor pertambangan. Mari tengok Brunei Darusalam Negara kecil yan...