Skip to main content

Isu Bodoh Ratna “K*Mpret”, Nilai Rupiah, Dan Ekonomi Rakyat Negeriku.

 
Tulisan ngasal saya kali ini mengangkat tema cukup berat, tapi menurut saya layak dan sangat perlu diketahui oleh masayrakat. Saya nulis tulisan ngasal ini karena saya geram melihat kondisi para elit kita yang seolah memnfaatkan media untuk menggiring perhatian masyarakat pada hal-hal yang tidak substansial bahkan tidak penting, sehingga masyarakat seolah tak peduli dengan kondisi yang jauh lebih penting misalnya soal kondisi ekonomi makro negeri ini, yang sebenarnya berpengaruh pada ekonomi mikro masyarakat kecil.

Hal tidak penting yang mana, hal penting apa, kaitannya ekonomi makro dengan kondisi ekonomi mikro yang sperti apa, yuk kita bahas bareng-bareng.

Kita akan mulai dari hal-hal tindak penting yang saat ini lagi diblow up oleh seluruh media mainstream negeri ini, media televisi, media cetak, apalagi media online. Mari kita tengok beberapa media yang jadi tranding topic di negeri ini, telvisi yang di pempin oleh media-media mainstream sperti TV-One, Metro TV, Kompas TV, I-News TV dan kawan-kawannya, teman-teman pasti tau bahasan yang paling ngtren saat ini, apalagi kalo bukan soal Ibut Ratna Surampaet yang menurut saya begitu receh untuk dibahas terus menerus oleh media-media nasional tersebut. Jika kita tela-ah, hal ini juga seolah terlihat telah diatur sedemikian rupa sehingga ini mampu menjadi berita yang dimuat oleh semua media dan mampu menyeret perhatian masyarakat luas. Perkara siapa yang mengatur, menurut saya semua pihak sangat mungkin menjadi pengatur skenario kondisi tersebut, bisa kubu J, bisa kubu P, media, atau oknum tertentu yang memang sengaja ingin membuat NEGARA INI BODOH. Tentu banyak motif yang bisa dijadikan alasan untuk menuduh masing-masing kubu, yang pasti buat saya kebodohan yang di buat oleh sosok Ibuk Ratna “Surampaet” itu  memang di atur oleh oknum tertentu minimal dimanfaatkan oknum tertentu untuk menutupi beberapa masalah pokok dan jauh lebih penting buat negeri ini, sehingga media tidak mau mengangkat hal-hal yang sifatnya penting menjadi bahan pembritaan, sialnya buat negeri ini media-media negeri ini menjadikan rating menjadi tujuan utama (maklum mungkin buat tarif iklan), mereka tak peduli bahan pemberitaan itu mencerdaskan kehidupan bangsa atau bukan. Lalu bagaimana bahasan di media online jawabannya sama aja, ngawurrrrr.

Lalu seharusnya hal apa yang jauh lebih penting untuk diangkat oleh media, banyak menurut saya, bagaimana kondisi ekonomi makro ataupun ekonomi mikro negeri ini, hasil-hasil kajian real terkait hal itu dan lain sebagaianya. Saya akan angkat salah satunya yaitu kondisi nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika yang terus melemah. Penyebabnya apa, tentu banyak hal yang mempengaruhi, tapi saya akan coba menjabarkan factor yang gampang untuk dipahami misalnya, jumlah impor yang terus mengalami peningkatan, bagaiman hal ini bisa berpengaruh pada nilai rupiah, sebelum lebih jauh kita harus paham konsep standar ekonomi ketika kebutuhan atau permintaan akan suatu produk meningkat maka harga atau nilai barang itu juga akan meningkat sama halnya dengan dolar.
Selanjutnya kita akan bahas neraca berjalan perdagangan antar Negara hal ini diartikan sebagai keseimbangan dalam perdagangan antarnegara. Dalam melakukan transaksi, mata uang yang disepakati secara luas yang dipakai sebagai alat tukar. Jika suatu negara lebih sering membeli dari luar negeri ketimbang menjualnya ke luar negeri, neraca berjalan akan mengalami defisit. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan akan mata uang asing meningkat yang kemudian mengakibatkan pelemahan nilai mata uang dalam negeri.

Nilai rupiah terus melemah bahkan per hari kemarin menyentuh angka Rp. 15.152,50  dampaknya apa sebenarnya buat masyarakat, kenapa harus jadi perhatian dan kenapa ini penting buat masyarakat. Sekarang saya ingin teman-teman perhatikan sekitar teman-teman, profesi apa yang paling banyak, kebutuhan utama apa saja yang teman-teman beli dengan uang, dan bagaimana harganya sekarang. Secara garis besar melemahnya nilai rupiah akan sangat berpengaruh pada harga beli barang-barang impor, atau bahan-bahan impor yang tentunya akan semakin mahal.

Saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan diatas, profesi mayoritas masyrakat disekitar saya adalah petani mungkin bisa sampai 85 % dari total penduduk di kampung saya, sisanya pengajar, pedagang dan bekerja di instasi tertentu, dampaknya nilai rupiah buat mereka sperti apa, penjelasan saya selanjutnya akan menjawabnya, lalu kebutuhan apa yang dibeli dengan uang, hampir semua kebutuhan saya saya beli dengan uang. Mulai dari kebutuhan pokok makanan, hingga barang-barang skunder (mewah). Pertanyaan selanjutnya adalah kebutuhan kita mana yang tidak terkait sama sekali dengan barang impor, jawaban saya hampir semuanya.

Mari kita bahas soal kebutuhan pokok kita berupa makanan, sebut saja beras, sayur dan sejenisnya. Semua kebutuhan itu kita beli dengan uang, dan sumber uang bagi masyarakat sekitar saya adalah melalui pertanian. Rutinitas petani pada umumnya adalah mengamparkan bibit, kemudain ketika bibit tumbuh mereka mebajak sawah dengan mesin teraktor, kemudian mereka menanam tunas padi yang telah tumbuh, setelah itu mereka merawat dengan menyemprotkan obat-obat pestisida, mempuk dengan pupuk organic ataupun non organic, kemudian panen, dan jual ke pengepul, kemudian pengepul menjemur dan menggiling hingga akhirnya menjadi beras dan di jual ke petani, begitupun dengan beberapa komuditas lain sperti jagung,  kemudian sayur dan lain-lain. Dari sekian banyak rangkaian itu salah satu modal yang paling besar dikeluarkan oleh petani berasal dari perawatan dengan obat-obat pestisida dan ini yang paling berpengaruh akibat melemahnya nilai rupiah.

Obat-obatan yang digunakan oleh petani mayoritas bahannya bersumber dari luar negeri, walaupun obat-obatanya beberapa dikemas dan produksi dalam negeri, karena bahan untuk obat-obatan mayoritas dari luar negeri maka modal untuk membuat obat-obatan tersebut juga meningkat, sehingga akan berdampak pada harga obat-obatan tersebut dan pada ujungnya akan menambah modal yang harus dikeluarkan oleh petani, dan harusnya hasil panen petani juga mengalami kenaikan dan akan berdampak pada konsumen tingkat akhir, yaitu kita.

Berbicara tentang petani, saya melihat sejauh ini satu-satunya profesi yang tidak bisa menjanjikan kesuksesan dimasa yang akan datang adalah petani (ini persepektif kaca mata saya melihat kondisi petani di sekitar saya) ketika nilai rupiah diangka 12-13 ribu saya kehidupan mereka telah susah, dan serba pas-pasan. Pelemahan rupiah ini seolah semakin membuat  kehidupan mereka susah, diakrenakan modal obat yang harus mereka keluarkan semakin banyak, sementara hasil panen sama saja, bahkan cendrung menurun. Saya berani mengatakan bahwa modal yang harus dikeluarkan oleh petani semakin banyak, karena hampir semua obat-obatan yang saya jual di toko mengalami kenaikan kisaran Rp. 3000 hingga Rp. 10,000.

Coba tengok berapa persen masyarakat di Indonesia yang menjadi petani, kemudian cari tahu berapa persen masyrakat di Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari pertanian, setelah cari tahu juga berapa persen masyarakat yang terkait langsung hidupnya dengan hasil pertanian. Jawabannya sangat banyak.

Dan apakah para elit peduli sama pelemahan nilai rupiah yang memperihatinkan, apakah media sekarang mengangkat berita tentang ini ke permukaan, tanyakan pada rumput yang bergoyang. Pada statetment-statetment yang terlontar dari pemerintah kemarin-kemarin ini membuat kesimpulan saya mengarah pada anggapan bahwa MEREKA MENG-ANGGAB PELEMAHAN RUPIAH INI ADALAH SESUATU YANG WAJAR DAN ITU TIDAK APA-APA.

Terus kita orang-orang yang ngaku berpendidikan terutama yang pro terhadap pemerintah masih mengatakan bahwa “SUDAHLAH NILAI RUPIAH ITU BUKAN SESUATU YANG PENTING DIBAHAS DAN WAJAR-WAJAR SAJA NILAINYA SEGITU TOH DI NEGARA LAIN JUGA SPERIT ITU”, dan justru asik berbagi isu Ratna "K*Mpret"?

Satu kata buat teman-teman, SELAMAT ANDA TELAH BERHASIL DIBODOHKAN OLEH MEDIA DAN OKNUM TAK BERTANGGUNG JAWAB. 

Comments

Popular posts from this blog

Arti Sebuah Ijasah

14 Maret 2016 ijazah ditanda ta n gani oleh R ektor Univers i tas Bakrie yang berarti bahwa saya telah resmi menyandang gelar S.M,. 29 September 2016 saya baru mengambil ijazah di Universitas Bakrie. Lalu kenapa baru di ambil? Prinsip yang saya coba tanamkan dalam diri saya adalah Pendidikan, gelar, kekayaan, garis keturunan keluarga, gaya hidup atau sejenisnya bukanlah hal yang pantas yang bisa dijadikan oleh seseorang untuk menyatakan diri lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan orang lain. Saya masih yakin bahwa di dunia kita hanya perlu menjalankan peran yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai Abdi(u)llah dan Khalifah*. Perkara kedudukan dalam sebuah tatanan masyarakat atau organisasi, seperti pemimpin, ketua, koordinator atau yang lainnya kita hanya perlu menjalankan semuanya dengan tetap berpegang pada prinsip dasar peran kita di dunia. Tanpa harus menjatuhkan, menyalahkan, atau merendahkan kedudukan lainnya karena pada dasarnya kedudukan kita sama. Jad...

Aku, Mimpi-mimpiku dan Dunia Harapanku

sumber foto: https://jadihafal.wordpress.com Dunia Harapanku kembali terlihat ditengah perjalananku menapaki ruangan kosong yang seolah tak berujung. Dia begitu dekat persis dihadapanku, mungkin cukup hanya satu hingga dua langkah pasti saja dia dapat ku raih. Namun ketika langkah pertama telah menapaki lantai kasarnya, aku kembali tersadar bahwa Dunia Harapanku berada diseberang kaca tebal yang diapit oleh tembok yang begitu kuat. Tembok yang tersusun kokoh dengan aneka bahan penyusunyang saling menguatkan. Mulai dari tumpukan Mimpi-mimpiku, susunan harapan dari orang-orang sekitarku, hingga dosa-dosaku yang seolah menjadi penguat bagi susunan tembok tersebut. Ruang ini mungkin terlalu luas untuk saya arungi, bukan labirin yang berderet yang memiliki pintu-pintu tak pasti. Tapi ruang kosong yang begitu luas sehingga batasnyapun tak terlihat. Aku berada tepat disamping tembok salah satu sisinya, yang memanjang begitu panjang dikiri dan kananku yang ujungnyapun tak terlihat...

Indonesia si Macan Asia yang Tak Berdaya

Indonesia adalah Macan Asia stidaknya julukan ini sempat terlontar saat jaman Orde Baru lalu, ungkapan seolah yang menunjukan berapa penting dan besarnya Indonesia masa itu dengan pembangunannya, kebebesan mungkin sedikit terkekang kala itu, tapi setidaknya dunia mengakui Indonesia sebagai Macan. Sekarang apa kabar? Dunia menyebut Indonesia sebagai Negara yang mempunyai potensi untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dunia, sejajar dengan Cina dan India, tapi hanya berpotensi, sekali lagi hanya berpotensi.  Sebuah potensi yang entah kapan akan menjadi nyata. Indonesia itu Macan Asia, julukan yang pantas jika kita tengok dari segi kekayaan Alam, Hampir disetiap Penjuru Indonesia mempunyai sumber daya yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan mulai dari Sumber Daya Alam yang bisa diperbaharui hingga sumber daya alam yang tak bisa diperbaharui, mulai dari sumber daya pertanian hingga sumber daya di sektor pertambangan. Mari tengok Brunei Darusalam Negara kecil yan...