![]() |
sumber fotoaa; http://www.myadroit.com |
Assalamu’alaykum semeton..
Kali ini saya akan mencoba
menuliskan tentang konsep pengembangan kampung, konsep ini masih terkait erat
dengan dua tulisan saya sebelumnya tentang konsep pengembangan desa atau kampung.
Jika tempo hari saya menulis tentang salah satu cara untuk mengembangkan sebuah
desa yang condong pada analogi pengelolaan sebuah desa seperti sebuah
perusahaan, kali ini masih sama saya akan mencoba menganalogikan peroses atau
pola pengembangan sebuah desa sperti sebuah perusahaan.
Pada tulisan sebelumnya saya
menulis tentang salah satu sumberdaya
paling penting dalam pengelolaan sebuah desa atau kampung yang kemudian dibagi
menjadi tiga jenis yaitu Konseptor, eksekutor, dan legislator. Sekarang mari
kita anggab bahwa tiga unsur tersebut telah terpenuhi (walaupun dalam peraktik
yang saya coba terapkan sekarang masih sangat sulit krena alasan beberapa
faktor). Kali ini saya akan mencoba membahas tentang salah satu konsep yang
selalu diterapkan oleh perusahaan yaitu branding atau pemberian merek pada
setiap produk yang dipasarkan. Pertanyaannya tentu bagaiaman dengan sebuah desa
atau kampung?
Yang pertama kita harus sama-sama
sepakat bahwa kampung itu kita anggab dulu sebagai sebuah perusahaan, langkah
selanjutnya adalah apabila kita ingin memperkenalakan sebuah kampung kepada
masyarakat luas maka kita harus punya brand atau merek akan kampung itu sendiri.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah nama kampung sudah cukup kita jadikan sebagai
sebuah brand? Jawaban saya adalah belum cukup, karena brand yang kuat itu tidak
cukup pada nama sebuah merek tapi lebih pada value atau nilai yang dibawa oleh
merek itu sendiri, contoh misalnya ketika kita mengenal merek Garuda Indonesia maka
tentu kita sadar kalo itu adalah sebuah maskapai penerbangan, sama dengan Lion,
sriwijaya air dan sejenisnya, tapi yang membuat orang lebih memilih Garuda
ketika mau naik pesawat dibandingkan dengan maskapai lain, tentu bukan karena
namanya Garuda tapi lebih pada apa yang membedakan Garuda indonesia dibanding
dengan maskapai lain, misalnya Garuda terkenal dengan maskapai yang service
excelent (pelayanan sempurna) dan lain-lain.
Sekarang bagaimana dengan kampung,
mari kita ambil contoh Bagek Kedok, Dasan Bagek, Dasan Tapen, dan lain-lain,
orang akan sadar bahwa nama-nama ini adalah nama kampung. Namun apa yang akan
membedakan ketiga kampung ini sehingga orang lebih mengenalnya bahkan mau
berkunjung ke salah satu kampung ini, jawabanya pasti kita bisa bayangkan
masing-masing. Nah alasan inilah yang membuat kita harus membangun brand bagi
sebuah kampung sebuah nama yang membedakan sebuah kampung dengan
kampung-kampung lainnya.
Sekarang saya berharap kita
sepakat bahwa kita butuh brand untuk membangun sebuah kampung. Jika kita sama-sama sepakat maka ijinkan saya
mengajukan sebuah konsep pengembangan kampung sebut saja Bagek Kedok dengan
brand Kampung Ceria. Kenapa kampung ceria, karena menurut saya kata ceria lebih
dari sekedar bahagia atau gembira, ceria itu menurut saya nampak dimuka bukan
hanya di hati.
Lalu bagaimana konsep pengembangannya,
saya selalu percaya bahwa untuk mencapai sebuah sesuatu yang besar harus
dimulai dari hal kecil. Hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mencapai sebuah
kampung ceria adalah warganya harus bahagia dan sehat, kampungya harus bersih.
Penasaran akan beberapa program yang bisa dikembangkan untuk mencapai Kampung
Ceria? Tulisan selanjutnya insyaAllah saya akan membahasnya lebih jauh.
Saya setuju.....
ReplyDeleteTapi apakah semua masyarakat mau untuk ikut dalam konsep yang guru bicarakan...
Masyarakat hanya perlu bukti guru, kalo mereka sudah melihat bukti yang nyata pasti mereka akan berbondong-bondong untuk mendukung.
ReplyDeletePR kita pemuda untuk memberikan bukti nih.