Mungkin orang yang mau berkorban harta buatmu, itu
mudah ditemui.
Mungkin orang yang mau meluangkan waktunya untukmu,
itu mudah didapati.
Akan tetapi orang yang mau berfikir tentang
kebaikanmu, mungkin akan sulit
ditemui dan itu yang harus kau cari dalam hidup ini.
Aku
sangat berharap, aku adalah salah satu orang yang peduli akan kebaikan dirimu sepupuku.
Sepupuku,
banggalah kamu dilahirkan sebagi perempuan. Aku iri. Kamu istimewa. Begitu istimewa hingga Allah menjadikan 4
orang laki-laki sekaligus untuk mempertanggungjawabkan dirimu di hadapan-Nya kelak. Kamu menjadi tanggungan
ayahmu, saudara laki-lakimu, suamimu, dan anakmu.
Mungkin Aku bukanlah orang yang bertanggung jawab akan dirimu kelak di hadapan Allah. Tapi sebagai orang yang
peduli akan kamu, dan keluarga kita, sebagai orang yang sangat sayang kepada
kamu dan keluarga kita, lewat sepucuk surat ini izinkanlah aku berbicara sebagai bentuk peduli dan rasa sayangku kepada
kita semua.
Mungkin Empat orang itu mempunyai kewajiban lebih untuk
mendidikmu, bertanggung jawab atas semua yang kamu lakukan. Tapi sepupuku ingin sekali kusampaikan padamu Takwa atau tidaknya dirimu bukan hanya berimbas padamu, tapi juga pada
mereka bapakmu, saudara laki-lakimu,
suami dan anak laki-lakimu. Kamu harus tahu bahwa kelak Mereka
akan ditanyai mengenai solatmu, pergaulanmu, pakaian yang kamu kenakan,
semua-semua yang kamu lakukan. Lihatlah, adakah alasan aku tidak iri padamu?
Saya yakin kamu
sangat menyayangi ayah dan saudaramu. Saya
yakin kamu sangat mencintai suami dan anakmu kelak.
Tapi, rasa sayang dan cinta itu tidak
akan berguna apa-apa jika hanya kamu utarakan atau pendam dalm dirimu wahai
sepupuku, buktikanlah cintamu yang sebenarnya kepada mereka dengan meringankan beban mereka
kelak dihadapan Allahh, buktikanlah cintamu yang sebenarnya dengan menaatkan diri pada perintah Allah, termasuk dalam berpakaian.
Ingat, muslimah diciptakan dengan sangat istimewa. Karena itu, ada
aturan-aturan yang Allah buat agar muslimah tetap istimewa dan terjaga.
Sepupuku, lewat surat ini aku titipkan sepenggal cerita tentang kisah
seorang muslimah:
Namanya Ummu.
Peristiwa ini terjadi saat dia masih duduk di bangku SMA, kelas 1. Ummu dan
seluruh temannya pernah diminta untuk menggambar sesuatu yang mencerminkan
tentang dirinya. Apapun. Lalu mereka menggambar, dan gambar milik Ummulah yang
kemudian mampu memikat perhatian mentornya saat itu.
Ummu menggambar
sebuah mawar berduri, dengan latar berwarna gelap. Saat ditanya tentang
alasannya, dengan gambling dia menjelaskan.
“Ka, saya
menggambarkan mawar berduri ini sebagai seorang muslimah.
Banyak orang
bilang duri pada mawar itu mengganggu mawar, mengurangi keindahan mawar, juga merusak
kecantikan mawar. Padahal karena duri itulah mawar dikatakan sebagai mawar.
Duri itulah yang akan menjaga mawar, melindunginya dari tangan-tangan yang tak
berhak untuk menyentuhnya, dan menjauhkannya dari kumbang-kumbang agar tak mampu
menghisapnya.
Begitu pun
aturan Allah untuk muslimah. Banyak orang yang bilang, aturan yang Allah buat
akan mengganggu keindahan muslimah, membuat muslimah susah gaul, menghalangi
muslimah untuk berkarir dan lain-lain. Padahal sama seperti duri pada mawar,
aturan-aturan itu menjadi pelindung bagi muslimah. Allah menciptakan muslimah
sepaket dengan aturan-aturannya tentu bukan tanpa sebab. Dia ingin agar
muslimah tetap terjaga, tidak rusak.
Ka, aku muslimah
dan aku akan penuhi aturan-aturan itu agar menjadi muslimah seperti yang Allah
mau. Apa yang Allah mau untuk aku kenakan, akan aku kenakan. Apa yang Allah mau
untuk aku dengarkan, akan aku dengarkan. Apa yang Allah mau untuk aku lakukan,
akan aku lakukan. Aku akan menjadi muslimah seperti apa yang Allah mau, Allah
mau, Allah mau.”
Lalu mentornya
bertanya, “Mengapa latarnya harus gelap?”
“Ka, aku tidak
ingin menjadi mawar di tengah taman, dimana orang dapat memetiknya dengan
mudah. Hukuman yang mungkin diberikan hanyalah denda atau kurungan beberpaa
tahun. Aku ingin menjadi mawar di tepi jurang hanya orang tertentu yang mampu
memetiknya. Bukan sekedar denda atau kurungan, tapi nyawa adalah taruhannnya”
Mengagumkan
bukan?
Semoga kita bisa belajar banyak pada cerita itu dan aku sangat berharap padamu. Milikilah
pemikiran sedewasa ummu. Jadilah muslimah seperti yang Allah mau. Jika bukan untuk
dirimu sendiri, lakukan itu untuk orang-orang yang kamu sayangi.
Yang terpenting,
niatkan semua hanya karena Allah.
Terahir dariku.
Sadarilah bahwa setiap dari kita mempunyai masa lalu untuk dipelajari dan
masa depan untuk diperbaiki, yang lalu biarkanlah berlalu dan yakinlah bahwa
Allah akan selalu membuka pintu maaf atas semua masa lalu itu bagi hambanya
yang mau berubah.
Selamat berproses…
Salam sayang,
Sepupumu.
Written by Riska Fitriawati & Andriawan Abdi
Comments
Post a Comment