“manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:
masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
masa kayamu sebelum datang masa fakirmu,
masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
dan masa hidupmu sebelum datang masa matimu.”
(HR.
Al-Hakim)
Jelas sekali hadits
di atas menekankan mengenai pentingnya menghargai dan memanfaatkan waktu, terlebih
bagi muslim yang meyakini bahwa akan ada kehidupan setelah kematian. Maka dari
itu, penting sekali mengisi masa kini dengan ibadah yang akan menjadi bekal
kita di masa yang akan datang. Apalagi di masa muda seperti kita saat ini,
karena Allah pun lebih mencintai pemuda yang soleh daripada orangtua yang soleh.
Ibadah tidak hanya
sekedar solat, puasa, zakat,menghormati orang tua, ataupun ibadah wajib
lainnya. Karena apapun hal yang dilakukan dengan niat karena Allah, maka itu
bernilai ibadah. Mengerjakan soal ujian tanpa menyontek karena yakin Allah Maha
Melihat, itu ibadah. Berhenti merokok karena sadar itu hal yang tidak
bermanfaat, itu ibadah. Memutuskan pacar karena tahu itu salah satu langkah
untuk menjauhi zina, itu ibadah. Bersabar dengan status single
bermartabat (read:jomblo) karena yakin akan tiba masanya bertemu dengan jodoh
yang Allah pilihkan, itu ibadah. Indah
sekali bukan? Begitu banyak hal yang terlihat sepele, tapi Allah menghargainya
dengan ganjaran berupa pahala.
Dalam ilmu menejemen
ada yang dinamakan dengan investasi Investasi adalah mengorbankan sebagian
aset masa kini untuk mendapatkan keuntungan yang besar dimasa yang akan datang.
Selain dapat mendatangkan
keuntungan, investasi juga dapat menghasilkan
kerugian tergantung bagaimana cara mengelolanya.
Bagi kita
yang belum berpenghasilan atau masih menyandang status “kere-ers”, waktu adalah
investasi yang sangat berharga. Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan di
masa muda seperti sekarang. Tubuh kita masih kuat, mata kita masih awas
melihat, telinga masih jelas mendengar, pun dengan ide-ide yang sangat mudah
dimunculkan. Pada kesempatan ini, saya akan membahas mengenai perbandingan
antara pemuda jomblo dan tidak dalam menginvestasikan waktu.
Sebut saja Si A. Dia adalah pemuda single
yang begitu menghormati waktu. Setiap detik yang Allah titipkan untuknya ia isi
dengan hal-hal positif. Tidak hanya sekedar rajin belajar, ia pun aktif di
organisasi dan selalu haus mengejar ilmu akhirat. Waktunya penuh, bahkan untuk
sekedar rehat saja dia enggan. Khawatir waktu tidak cukup sabar menunggunya untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya.
Di sisi lain ada Si B, pemuda yang memutuskan
mengisi masa mudanya dengan berpacaran. Setiap hari tak pernah terlewatkan
SMS-an, BBM-an, Telponan, dan jalan-jalan berdua. Boleh dikatakan bahwa dia
sedang menginvestasikan waktunya dengan kegiatan-kegiatan wajib dalam
berpacaran. Memang waktu luang ia pun terisi. Tapi apakah bermanfaat? Apakah
investasi yang sedang ia rintis akan mendatangkan keuntungan atau malah
kerugian di masa depan?
A adalah pemuda yang jelas menata hidupnya,
menginvestasikan waktunya untuk mendatangakn keuntungan di masa depan. Bisa
dikatakan peluang dia untuk sukses adalah 99%, dengan sisa 1% adalah ridha
Allah. Berbeda dengan B. Investasi waktu yang ia ambil bersifat bias karena belum
tentu di masa depan ia akan berjodoh dengan pacarya, meski memang ada
kemungkinan, ya mungkin 50%.
Tapiiiii, ada tapinya nih. Buat para single
jangan bahagia dulu karena sudah merasa mengantongi 99% kesempatan sukses. Single atau jomblo sering dibuli kan
ya? Dikatain engga laku lah, kuper lah, kolot lah dan ejekan-ejekan yang
menyesakkan lainnya. Memang ngenes sih, haha. Tapi ditanggapi dengan positif
aja. Bilang aja “saya bukan jomblo, tapi single bermartabat”. “Saya bukan
kuper, hanya sedang sabar menunggu yang masih di Lauhul Mahfuz.” “Saya engga
kolot (dalam Bahasa sunda, kolot=tua) kok, makanya saya engga pacaran, kan
masih muda, belum dibolehin mama.” Atau apa lah kalimat ngeles lainnya. Kok
malah ngeles? Ia ngeles aja, ngeles boleh kok, asal pada tempatnya. Daripada
diejek terus dimasukin hati, habis gitu sedih, engga semangat hidup, terus
lama-lama malah memutuskan untuk pacaran juga. Gubrakkk!! Sama aja atuh
itu mah.
Lalu, bagaimana jika saya berpacaran tapi tetap
mampu berprestasi? Kan tidak ada yang dirugikan tuh. Pernahkah terbersit pertanyaan serupa seperti
itu? Jawaban saya adalah YES dan NO. Ya, bagus jika kamu mampu
berprestasi, memang anak muda harusnya seperti itu. Tapi saya menjawab tidak
untuk perilaku berpacaranmu. Hukum untuk menjauhi zina itu datangnya dari
Allah, bukan dari Rasul, ulama, ustadz, apalagi saya. Jadi, tidak ada yang harus
didebatkan saat Allah sudah menentukan hukum atas suatu perkara. Tapi saya
pacaran engga ngapa-ngapain kok. Nih, yang keukeuh mempertahankan
pendatapnya pasti menjawab seperti ini. Kalau saya pribadi sih, untuk apa
pacaran kalau emang engga ngapa-ngapain. Ya kan??
Begitulah, semoga dapat diambil ibrahnya.
Artikel ini bukan dibuat dengan alasan karena saya jomblo. Anggap aja sebagai
nasihat dari veteran aktivis pacaran yang memutuskan untuk tobat dan hijrah.
(Ed:Riska)
Wallahu’alam bi shawab.
Wkwkkw single bermartabat. Okeee!
ReplyDeleteSemoga selalu istiqamah pak :)
ReplyDelete#dalamkebaikan
hahahha aminnn.. belajar menjadi lebih baik kan....
ReplyDeleteKyknya pernah baca nih yg begini.. haha...
ReplyDeleteMirip dan,, lihat post sebelumnya juga hampir mirip.. itu artinya fakta tentang pacaran yang ane angkat benar.
ReplyDeletemaafkan yg sudah pacaran ini yaa tuhaan, yg merasa jomblo tolong disegerakan jodohnya ya Robby ..
ReplyDelete